Langsung ke konten utama

KatKit #24 Seri Katekismus RIWAYAT GEREJA KRISTUS Bagian II

Rabu, 13 Desember 2017 Syalom aleikhem. Tahun 50-an Masehi, warta agama Kristen makin meluas: dari Palestina menyebar ke Asia Kecil, Afrika Utara, Eropa. Hampir di setiap wilayah Kekaisaran Romawi sudah ada orang Kristen. Wilayah Romawi luas sekali, meliputi hampir semua wilayah Eropa bagian selatan, Asia bagian barat, dan Afrika bagian utara. Orang Kristen telah ada di setiap tempat itu kira-kira tahun 60-an Masehi. Masa Aniaya (Tahun 64 – 313 Masehi) Penyebaran itu menimbulkan masalah. Orang Romawi punya agama sendiri. Oleh kaisar (maharaja), semua orang dalam wilayah kekuasaan Romawi diharuskan menyembah dewa-dewi: Yupiter, Merkurius, Venus, dsb. Orang Kristen tak mau tunduk pada perintah semacam itu. Orang Kristen tak mau taat pada Kaisar Romawi. Akibatnya fatal, orang Kristen dianiaya mulai tahun 64 sewaktu kota Roma terbakar dan umat Kristen dituduh sebagai pelaku pembakaran. Umat Kristen dikejar-kejar untuk dihukum siksa atau mati. Mereka hidup dalam kesulitan dan tak bisa beribadat terang-terangan. Ibadat dilakukan sembunyi-sembunyi sebab kalau ketahuan nyawa umat bisa melayang. Masa aniaya berlangsung tahun 64 – 313, kira-kira 250 tahun lamanya. Pada masa aniaya banyak muncul martir, yaitu orang Kristen yang mengurbankan nyawanya demi kesetiaan pada iman. Ada martir yang dibakar hidup-hidup, digoreng, dipanggang, diadu dengan singa atau banteng, dsb. Agama dan Negara Bersatu Tahun 313 berakhir penderitaan umat Kristen akibat penganiayaan oleh orang Romawi. Tahun itu Kaisar Konstantinus Agung – menjadi kaisar tahun 306 – mengumumkan maklumat tentang kebebasan memeluk agama di wilayah Kekaisaran Romawi. Maklumat itu dikeluarkan di kota Milan; maka disebut Maklumat Milan. Maklumat itu memberikan kebebasan kepada semua agama di wilayah Romawi. Agama Kristen pun bebas. Umat Kristen tak lagi beribadat sembunyi-sembunyi. Lagipula, Kaisar Konstantinus punya simpati kepada agama Kristen. Kaisar berharap agama Kristen turut serta membangun negara dengan kerohaniannya. … BERSAMBUNG. Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie Katkiter

Postingan populer dari blog ini

DOA - KEPADA SANTO MIKAEL

Santo Mikael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan si jahat. Dengan rendah hati kami mohon kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, Panglima Pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah mencampakkan ke dalam neraka Iblis dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa.

KatKit #7 DOA MASUK GEREJA

Jumat, 3 November 2017 Syalom aleikhem. Liturgi Katolik kaya akan tata gerak. Sayangnya, ada saja orang Katolik melakukannya kurang penghayatan. Contohnya, sebelum Misa, umat masuk gereja dengan mencelupkan tangan pada air suci lalu membuat Tanda Salib. Berapa yang melakukannya dengan benar? Benar artinya penuh penghayatan. Lihat sekeliling, ada saja yang membuatnya sambil lalu, sambil ngobrol, sambil cekakak-cekikik atau apa saja yang tak bermutu. Untuk mencegah itu, ada resep. Resep ini akan menjauhkan Anda dari hal-hal tak bermutu. Artinya, resep ini akan membuat Anda lebih khusyuk dan menghayati setiap gerak dalam gereja di setiap Misa. Apa resep? Begini: buatlah dan ucapkan dalam hati doa singkat yang menyertai gerak. Contoh, saat membuat Tanda Salib dengan air suci sewaktu masuk gereja, ucapkan dalam batin: “Tuhan, sucikanlah aku sebelum memasuki rumah-Mu.” Atau: “Tuhan, bersihkanlah aku agar layak menyembah-Mu.” Atau: “Tuhan, aku datang untuk beribadat kepada-Mu.” Karanglah

KatKit #15 TAHAP-TAHAP WAHYU

Rabu, 22 November 2017 Pernyataan diri Allah dan rencana kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia, itu wahyu dalam pemahaman Gereja Katolik. Kata “wahyu” dalam bahasa Indonesia menerjemahkan kata Latin “revelatio”. Bahasa Inggrisnya “revelation” dengan kata kerja “to reveal” (‘menyingkapkan’). Wahyu itu penyingkapan kepada manusia. Apa yang disingkapkan? o diri Allah o kehendak Allah o undangan Allah agar manusia menjadi sahabat-Nya. Wahyu (penyingkapan ilahi) terjadi bertahap-tahap. Surat Ibrani (Ibr. 1:1-2) menggambarkannya dengan cermat: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.” Zaman dulu Allah menyatakan diri lewat para nabi, kemudian akhirnya melalui Putra-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Sebelum menyatakan diri-Nya me