Langsung ke konten utama

KatKit #20 Seri Alkitab MENERUSKAN SELURUH AJARAN

Senin, 4 Desember 2017 Kita perlu menjernihkan istilah “Tradisi”. Sehari-hari kata ini diartikan “adat-istiadat; kebiasaan”. Sebenarnya, Tradisi tak sama dengan adat-istiadat. Imlekan, Suran, mudik Lebaran itu adat-istiadat. Tradisi lebih dalam daripada itu. Dalam Gereja Katolik, Tradisi berarti “ajaran iman yang diteruskan dari abad ke abad sejak zaman Para Rasul sampai hari ini”. Tradisi adalah tentang AJARAN IMAN, bukan kebiasaan-kebiasaan. Tradisi menyangkut seluruh ajaran tentang Yesus Kristus yang diwartakan Para Rasul dan diteruskan para penggantinya. Perhatikan 1Kor. 11:23: “Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan.” Yang diteruskan oleh Rasul Paulus (baca: Para Rasul) diterima dari Tuhan. Yang diteruskan itu Tradisi, yaitu seluruh ajaran iman. Jelas, seluruh ajaran iman tentang Yesus Kristus disebut Tradisi Suci. Ada kata “suci” sebab berasal dari Tuhan, bukan manusia. Manusia hanya MENERUSKAN. Catatlah, Tradisi Suci awalnya ada dalam bentuk lisan, semuanya. Ajaran iman disampaikan dengan perkataan, bukan tulisan. Itulah mulanya, lalu sebagian ajaran iman itu dituliskan. Tapi, tak semua dituliskan (ingat Yoh. 20:30; 21:25, 2Tes. 2:15). Bagian yang dituliskan itu disebut Alkitab. Sekali lagi agar jelas, SELURUH ajaran iman disebut Tradisi Suci. Sebagian dari ajaran iman itu dituliskan. Bagian yang tertulis disebut Alkitab. Harus Ada Keduanya Gereja Katolik memelihara keduanya: Tradisi Suci dan Alkitab. Keduanya harus dilestarikan sama-sama, tak boleh hanya salah satu. Tradisi Suci terjaga dari zaman ke zaman berkat Alkitab Suci. Alkitab Suci menjadi jelas maknanya karena Tradisi Suci. Membaca Alkitab tanpa Tradisi sama dengan main sepakbola tanpa wasit, kacau pasti. Melaksanakan Tradisi tanpa Alkitab sama dengan main sepakbola tanpa aturan tertulis, kacau juga. Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik pastilah memelihara keduanya sampai hari ini sebab Tradisi Suci dan Alkitab Suci adalah dua sumber iman yang asalnya satu, yaitu Tuhan. Kenyataannya, ada juga kelompok orang yang membuang salah satu unsur itu. Mereka memiliki prinsip “sola Scriptura” yang artinya ‘hanya Alkitab’. Tradisi Suci mereka campakkan dengan seenaknya. Inti pendapat mereka adalah “semua ajaran iman harus dapat ditemukan ayatnya dalam Alkitab”. Jika ada ajaran yang tidak ada ayatnya maka ajaran itu harus dibuang alias tidak usah dipercaya. Pokoknya, mereka yakin pada ALKITAB SAJA, tiada sumber yang lain yang harus dipercaya. Untuk menanggapi pendapat kaum sola Scriptura itu, harus dikatakan begini: “Buang saja Alkitabmu!” Mengapa? Tunggu jawabannya edisi depan. Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie Katkiter

Postingan populer dari blog ini

DOA - KEPADA SANTO MIKAEL

Santo Mikael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan si jahat. Dengan rendah hati kami mohon kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, Panglima Pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah mencampakkan ke dalam neraka Iblis dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa.

KatKit #7 DOA MASUK GEREJA

Jumat, 3 November 2017 Syalom aleikhem. Liturgi Katolik kaya akan tata gerak. Sayangnya, ada saja orang Katolik melakukannya kurang penghayatan. Contohnya, sebelum Misa, umat masuk gereja dengan mencelupkan tangan pada air suci lalu membuat Tanda Salib. Berapa yang melakukannya dengan benar? Benar artinya penuh penghayatan. Lihat sekeliling, ada saja yang membuatnya sambil lalu, sambil ngobrol, sambil cekakak-cekikik atau apa saja yang tak bermutu. Untuk mencegah itu, ada resep. Resep ini akan menjauhkan Anda dari hal-hal tak bermutu. Artinya, resep ini akan membuat Anda lebih khusyuk dan menghayati setiap gerak dalam gereja di setiap Misa. Apa resep? Begini: buatlah dan ucapkan dalam hati doa singkat yang menyertai gerak. Contoh, saat membuat Tanda Salib dengan air suci sewaktu masuk gereja, ucapkan dalam batin: “Tuhan, sucikanlah aku sebelum memasuki rumah-Mu.” Atau: “Tuhan, bersihkanlah aku agar layak menyembah-Mu.” Atau: “Tuhan, aku datang untuk beribadat kepada-Mu.” Karanglah

KatKit #15 TAHAP-TAHAP WAHYU

Rabu, 22 November 2017 Pernyataan diri Allah dan rencana kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia, itu wahyu dalam pemahaman Gereja Katolik. Kata “wahyu” dalam bahasa Indonesia menerjemahkan kata Latin “revelatio”. Bahasa Inggrisnya “revelation” dengan kata kerja “to reveal” (‘menyingkapkan’). Wahyu itu penyingkapan kepada manusia. Apa yang disingkapkan? o diri Allah o kehendak Allah o undangan Allah agar manusia menjadi sahabat-Nya. Wahyu (penyingkapan ilahi) terjadi bertahap-tahap. Surat Ibrani (Ibr. 1:1-2) menggambarkannya dengan cermat: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.” Zaman dulu Allah menyatakan diri lewat para nabi, kemudian akhirnya melalui Putra-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Sebelum menyatakan diri-Nya me