Langsung ke konten utama

KatKit #21 Seri Katekismus RIWAYAT GEREJA KRISTUS Bagian I

Rabu, 6 Desember 2017 Syalom aleikhem. Istilah “Gereja” artinya kumpulan orang-orang yang beriman kepada Allah dengan perantaraan Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus; jadi bukan gedung. Umat beriman (Gereja) itu punya riwayat. [Dalam catatan ini, istilah “Gereja” dipakai bergantian dengan istilah “Kristen”. Di Indonesia, istilah “Kristen” disalahpahami. Dikira Kristen itu protestan, Katolik bukan Kristen. Ini keliru! Katolik itu Kristen yang asli. Kalau disebutkan Kristen di sini, itu berarti Gereja Katolik sejak mula-mula. Masa Gereja Awal (Tahun 30-an Masehi) Riwayat Gereja bermula dari Yesus Kristus. Ia berkarya di Palestina tiga tahunan, lalu disalib, mati, bangkit dari maut, dan naik ke surga (tahun 30-an Masehi). Sebelum naik ke surga, Yesus Kristus berpesan agar Para Rasul menyebarkan ajaran-Nya ke seluruh dunia (Mat. 28:19-20). Ajaran dan iman akan Yesus Kristus jadi cikal-bakal Gereja yang kelak disebut agama Kristen. Sebutan Kristen belum ada pada awal. Sebutan Kristen baru muncul ketika sudah banyak pengikut ajaran Yesus Kristus tersebar di banyak tempat (tahun 50-an Masehi). Para pengikut-Nya pertama kali disebut Kristen di kota Antiokhia (Kis. 11:26). Perselisihan dengan Umat Yahudi Pada mula jadinya, umat Kristen dianggap bagian dari agama Yahudi. Beberapa kalangan Yahudi menganggap para pengikut ajaran Yesus Kristus itu menyimpang dari ajaran Yahudi. Umat Kristen sendiri, pada awalnya, tak merasa punya agama yang berbeda dari agama Yahudi. Mereka merasa diri bagian dari umat Yahudi. Sebab, umat Kristen awal memang orang-orang berbangsa dan beragama Yahudi. Lama-lama umat Yahudi menilai orang Kristen menyimpang dari agama Yahudi. Berangsur-angsur umat Kristen terusir dari Bait Allah di Yerusalem dan berbagai sinagoga. Mereka terkucil. Lalu, umat Kristen beribadat sendiri di rumah-rumah mereka secara bergiliran (Kis. 2:46). Umat Kristen makin lama makin terpisah dari umat Yahudi. Makin tegas perpisahan itu dalam segala hal: ibadat, ajaran, struktur, Kitab Suci, dsb. … BERSAMBUNG. Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie Katkiter

Postingan populer dari blog ini

DOA - KEPADA SANTO MIKAEL

Santo Mikael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan si jahat. Dengan rendah hati kami mohon kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, Panglima Pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah mencampakkan ke dalam neraka Iblis dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa.

KatKit #7 DOA MASUK GEREJA

Jumat, 3 November 2017 Syalom aleikhem. Liturgi Katolik kaya akan tata gerak. Sayangnya, ada saja orang Katolik melakukannya kurang penghayatan. Contohnya, sebelum Misa, umat masuk gereja dengan mencelupkan tangan pada air suci lalu membuat Tanda Salib. Berapa yang melakukannya dengan benar? Benar artinya penuh penghayatan. Lihat sekeliling, ada saja yang membuatnya sambil lalu, sambil ngobrol, sambil cekakak-cekikik atau apa saja yang tak bermutu. Untuk mencegah itu, ada resep. Resep ini akan menjauhkan Anda dari hal-hal tak bermutu. Artinya, resep ini akan membuat Anda lebih khusyuk dan menghayati setiap gerak dalam gereja di setiap Misa. Apa resep? Begini: buatlah dan ucapkan dalam hati doa singkat yang menyertai gerak. Contoh, saat membuat Tanda Salib dengan air suci sewaktu masuk gereja, ucapkan dalam batin: “Tuhan, sucikanlah aku sebelum memasuki rumah-Mu.” Atau: “Tuhan, bersihkanlah aku agar layak menyembah-Mu.” Atau: “Tuhan, aku datang untuk beribadat kepada-Mu.” Karanglah

KatKit #15 TAHAP-TAHAP WAHYU

Rabu, 22 November 2017 Pernyataan diri Allah dan rencana kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia, itu wahyu dalam pemahaman Gereja Katolik. Kata “wahyu” dalam bahasa Indonesia menerjemahkan kata Latin “revelatio”. Bahasa Inggrisnya “revelation” dengan kata kerja “to reveal” (‘menyingkapkan’). Wahyu itu penyingkapan kepada manusia. Apa yang disingkapkan? o diri Allah o kehendak Allah o undangan Allah agar manusia menjadi sahabat-Nya. Wahyu (penyingkapan ilahi) terjadi bertahap-tahap. Surat Ibrani (Ibr. 1:1-2) menggambarkannya dengan cermat: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.” Zaman dulu Allah menyatakan diri lewat para nabi, kemudian akhirnya melalui Putra-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Sebelum menyatakan diri-Nya me