Senin, 20 November 2017
Syalom aleikhem.
Tuhan Yesus tak pernah menyuruh Para Rasul menuliskan ajaran-Nya. Ia menyuruh Para Rasul mewartakan ajaran-Nya. Ajaran-Nya disebut Injil (bahasa Yunani: “euaggelion” artinya ‘kabar baik’). Injil itu awalnya bukan tertulis. Injil berupa kabar. Mengapa disebut baik? Isinya memang baik, yaitu tentang Firman Allah yang menjadi manusia, turun dari surga ke bumi, untuk membawa manusia kembali ke surga.
Setelah Pentakosta, Para Rasul menyebarkan kisah tentang Tuhan Yesus. Belum ada Injil dalam bentuk buku. Tak ada satu Rasul pun yang membawa kitab Injil ke mana-mana. Kabar baik tersimpan dalam hati mereka lalu diwartakan. Apa artinya “diwartakan”? Diceritakan secara lisan. Ke mana-mana Para Rasul berbicara (lisan) kepada orang untuk mewartakan kabar baik (Kisah Para Rasul [Kis.] 3:11-26; 4:7-22; 8:26-39).
Ajaran tentang Tuhan Yesus tersimpan baik dalam memori Para Rasul. Mereka mengajarkannya kepada orang. Dalam hal ini, Para Rasul dapat dipercaya sebab mereka mengalami Tuhan Yesus secara langsung. Mereka juga mendapat mandat dari Tuhan Yesus untuk mengajarkan apa yang diajarkan-Nya dan yang dilakukan-Nya.
Contoh: Pada malam sebelum sengsara, Tuhan Yesus mengadakan perjamuan bersama Para Rasul. Perjamuan itu kini dikenal dengan nama “Ekaristi” atau “Misa”. Perjamuan itu disebut “Perjamuan Terakhir”. Ada mandat dari Tuhan: “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (bacalah Injil Lukas (Luk.) 22:14-23). Mandat itu dilakukan oleh Para Rasul. Ketika Tuhan Yesus sudah naik ke surga dan makin banyak pengikut ajaran-Nya, Para Rasul mengajarkan mandat tentang Perjamuan itu kepada semua pengikut ajaran Tuhan (yang selanjutnya disebut orang Kristen. Ingat, Kristen bukan protestan. Kristen itu dari kata “khristianos” artinya ‘pengikut Kristus’).
Sungguh jelas bahwa semua ajaran Tuhan Yesus diajarkan secara lisan. Meskipun lisan, semua ajaran itu layak dipercaya sebab berasal dari sumber yang layak dipercaya, yaitu Para Rasul. Mereka itu sumber langsung, saksi mata kejadian, pendengar asli Sabda Yesus.
Sebagian Dituliskan
Di antara Para Rasul ada yang kemudian menuliskan Injil Tuhan, contohnya Rasul Matius dan Rasul Yohanes. Di antara orang Kristen generasi pertama (yang bukan Rasul) ada juga yang menuliskan Injil Tuhan, contohnya Markus dan Lukas.
Lukas memberikan keterangan mengapa dia menuliskan Injil Tuhan (Luk. 1:1-4). Apa tujuan Lukas menulis? Agar kita tahu bahwa apa yang diajarkan kepada kita tentang Yesus Kristus itu benar (Luk. 1:4). Jadi, tulisan tentang ajaran Tuhan Yesus berguna untuk mengetahui bahwa itu semua benar. Tulisan itu tak pernah bermaksud “mencatat secara rinci” semua perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus.
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Katkiter
Santo Mikael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan si jahat. Dengan rendah hati kami mohon kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, Panglima Pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah mencampakkan ke dalam neraka Iblis dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa.