Langsung ke konten utama

KatKit #6 PRAKTIK SALAH DOA ARWAH

Rabu, 1 November 2017 Tiap tahun, 2 November, Gereja Katolik merayakan Peringatan Semua Arwah Orang Beriman, mendoakan mereka yang telah wafat. Doa-doa sungguh membantu orang yang telah meninggal (arwah) di Penyucian (Purgatori). Arwah membutuhkan doa-doa. Namun sayang, ada praktik-praktik aneh terkait arwah. Ada orang Katolik yakin bahwa jenazah harus diberangkatkan ke makam atau krematorium pada waktu tertentu. Doa-doa (bahkan Misa) harus ikuti jadwal yang ditetapkan sesepuh atau cenayang. Diyakini itulah jadwal terbukanya “surga” (alam baka). Agar si mati dapat masuk ke sana, jadwal harus tepat. Kalau jadwal meleset, si mati tak dapat masuk. Praktik lain: ada yang berprinsip bahwa hari peringatan arwah (40 hari, 100 hari, 1 tahun, 1000 hari, dsb) harus tepat. Contoh, bila 40 hari jatuh 1 November, doa arwah harus dilakukan tanggal itu. Pindah tanggal berakibat doa kurang manjur. Sesat Jalan Praktik pertama, “tepat jadwal penguburan atau kremasi menurut hitungan”, adalah praktik sesat ditinjau dari iman Katolik. Orang yang melakukannya sebenarnya mengingkari jasa penebusan Sang Kristus. Memangnya masuk-tidaknya si mati ke alam kekal ditentukan jam berangkat jenazahnya? Tentu tidak. Memangnya keselamatan dari Tuhan Yesus ditentukan waktu pemakaman atau kremasi? Memangnya terbukanya pintu surga bergantung pada jam hitungan dunia? Untuk semua itu: tentu tidak. Dalam praktik itu, penebusan oleh Sang Kristus jadi tanpa makna. Orang yang melakukannya sesungguhnya tak beriman kepada Tuhan Yesus Kristus walau doa-doa tertuju kepada-Nya. Orang itu hanya percaya kepada klenik-okultisme dan dukun-peramal-cenayang. Baginya, Yesus bukan siapa-siapa! Yang kelihatan sepele (soal jam) sesungguhnya penyembahan berhala. Praktik kedua sama sesat. Harap tahu, sampainya doa ke hadirat Allah tak ditentukan oleh hari, jam, menit, dsb. Yang inti itu doa, bukan hari dan jamnya. Jangan salah. Doa arwah itu baik, tapi hati-hati mempraktikkannya. Salah-salah Anda jadi “pengingkar iman”. Semoga Anda tak sesat jalan. Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie Katkiter

Postingan populer dari blog ini

DOA - KEPADA SANTO MIKAEL

Santo Mikael, Malaikat Agung, belalah kami pada hari pertempuran. Jadilah pelindung kami melawan kejahatan dan jebakan si jahat. Dengan rendah hati kami mohon kiranya Allah menghardiknya, dan semoga engkau, Panglima Pasukan Surgawi, dengan kuasa Allah mencampakkan ke dalam neraka Iblis dan semua roh jahat lain yang berkeliaran di dunia hendak membinasakan jiwa-jiwa.

KatKit #7 DOA MASUK GEREJA

Jumat, 3 November 2017 Syalom aleikhem. Liturgi Katolik kaya akan tata gerak. Sayangnya, ada saja orang Katolik melakukannya kurang penghayatan. Contohnya, sebelum Misa, umat masuk gereja dengan mencelupkan tangan pada air suci lalu membuat Tanda Salib. Berapa yang melakukannya dengan benar? Benar artinya penuh penghayatan. Lihat sekeliling, ada saja yang membuatnya sambil lalu, sambil ngobrol, sambil cekakak-cekikik atau apa saja yang tak bermutu. Untuk mencegah itu, ada resep. Resep ini akan menjauhkan Anda dari hal-hal tak bermutu. Artinya, resep ini akan membuat Anda lebih khusyuk dan menghayati setiap gerak dalam gereja di setiap Misa. Apa resep? Begini: buatlah dan ucapkan dalam hati doa singkat yang menyertai gerak. Contoh, saat membuat Tanda Salib dengan air suci sewaktu masuk gereja, ucapkan dalam batin: “Tuhan, sucikanlah aku sebelum memasuki rumah-Mu.” Atau: “Tuhan, bersihkanlah aku agar layak menyembah-Mu.” Atau: “Tuhan, aku datang untuk beribadat kepada-Mu.” Karanglah

KatKit #15 TAHAP-TAHAP WAHYU

Rabu, 22 November 2017 Pernyataan diri Allah dan rencana kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia, itu wahyu dalam pemahaman Gereja Katolik. Kata “wahyu” dalam bahasa Indonesia menerjemahkan kata Latin “revelatio”. Bahasa Inggrisnya “revelation” dengan kata kerja “to reveal” (‘menyingkapkan’). Wahyu itu penyingkapan kepada manusia. Apa yang disingkapkan? o diri Allah o kehendak Allah o undangan Allah agar manusia menjadi sahabat-Nya. Wahyu (penyingkapan ilahi) terjadi bertahap-tahap. Surat Ibrani (Ibr. 1:1-2) menggambarkannya dengan cermat: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.” Zaman dulu Allah menyatakan diri lewat para nabi, kemudian akhirnya melalui Putra-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Sebelum menyatakan diri-Nya me